Sunday, January 13, 2019

2018: Jalan – jalan, Kerja, Berkarya


Setelah 2017 yang terasa seperti berlayar di laut tenang tapi tak kunjung bertepi, akhirnya di pertengahan 2018 aku mendarat di Kalimantan Utara. 




2018 is an Unpredictable and Beautiful Year.

Separuh 2018 aku lewati dengan banyak improvisasi, karena banyak rencana yang berubah. Ada banyak sekali doa dan harapan yang diminta sejak lulus kuliah, terjawab di 2018. Dulu, waktu sibuk – sibuknya ngerjain skripsi, aku pernah berharap untuk bisa jalan – jalan dulu baru kerja. Aku juga berdoa semoga bisa kerja di kementerian entah di KLHK atau PUPR. Bahkan sejak awal kuliah sempat terbesit dalam hati, berharap bisa punya penghasilan pertama di atas 3,5 juta, tapi ga disebutin waktu solat.

Alhamdulillah, semuanya dikasih Allah setelah lulus kuliah hingga di 2018. Setelah sidang akhir di Januari 2017, aku bisa main ke Malang sebelum wisuda, kemudian tahun baru 2018, aku bisa jalan – jalan ke Kapuas, Kalimantan Tengah, Maret 2018 aku bisa main ke Bogor dan tepat sebelum diklat, di bulan Juli, aku diajak ke Garut. Bahkan waktu diklat pun aku bisa sampai ke Semarang dan Pati. 

Tahun 2017 aku bertemu teman baru di tempat khursus bahasa inggris, Ka Elmi, aku sih biasanya manggil Miss Elmi. Suatu hari aku cerita udah ngelamar kemana aja di Samarinda, terus dia bilang, “Miss, kalau kayak kamu sayang kalau nyoba kerja di tempat yang asal – asal, coba sekalian ke tempat yang bagus, coba aja masukin ke Mandiri atau Danamon.” Waktu itu dia baru aja resign dari Mandiri dan masuk ke Danamon. 

Masukan dari Miss Elmi itu benar – benar meresap ke jantung dan aku masih ingat sampe sekarang di Januari 2019. Karena aku merasa pendapatnya benar dan aku merasa aku tau banget aku mau jadi apa. Setiap hari pun aku semakin fokus berdoa agar dapat kerja yang relevan. 

Akhirnya satu hari di 2018, aku diterima di BLUP3H, unit kerja di Kementerian LHK. Walaupun nggak sesuai latar pendidikan, tapi masih bersinergis lah antara pembangunan usaha kehutanan dengan Teknik Lingkungan, ada konservasinya yang sangkut. Alhamdulillah, aku merasa ini adalah keputusan terbaik di tahun 2018. Apalagi setelah itu ga ada juga loker yang bisa aku apply, waaah kalau saat itu aku tidak mencoba, aku nggak yakin aku bisa melewati 2018 dengan damai dan tentram. Hingga akhirnya aku di sini. Bisa menjejakan kaki di Kalimantan Utara, makan soto lamongan di Bulungan, makan kepiting di Tarakan dan makan pecel di Nunukan. My Life is an adventure, isn’t it?



Petualangan di 2018 belum selesai sampai disitu karena ada beberapa cerita pendek fiksi yang aku, dhini, dan dhyna bukukan. Ini adalah project Amicos Sribos yang digarap dari Mei 2018. Baru kali ini aku benar-benar jujur pada diriku sendiri. Pada tulisanku. Akhirnya aku berani menulis tanpa takut memikirkan akhir ceritanya. Aku percaya saja pada semua yang ingin aku tuliskan. 

Kalau 2016 -2017 kita cuman bisa bikin PKM dan skripsi, 2018 kita bisa bikin kumpulan cerpen. Terima kasih dhini, dhyna, yang ga bosan-bosan ngajak kolab, terima kasih juga buat tim hore paling setia: eka, diah, sahla, hime, kiki dan shelda yang udah berkontribusi dan bikin ini jadi dinamis. Terima kasih juga buat semua teman – teman yang telah memberi perhatian dan membeli bukunya. Semoga kami bisa terus tumbuh dan memberikan cerita yang lebih baik lagi untuk layak dinikmati. 

Seorang motivator Amerika, Zig Ziglar berkata "You don’t have to be great to start, but you have to start to be great"—
And here we are. We are ready to start again.

Wednesday, February 14, 2018

Life is Unpredictable

Unpredictable, that how life is. For me.

Since I was younger, I have had a lot of things to try. So I set dreams.

While I grow up, I learn how everything turn out of my hope. I can't always get everything that I wanted.

Today, I know exactly what I want to reach. What I want to have. I had to take responsibility for my dreams. Not like today. I'm missing the day when I was busy with my tasks and my friends everyday. I need be busy at weekday and free at weekend.

Tuesday, January 23, 2018

Trik Menikmati Status Pengangguran: Just Be Happy & Grateful


Setahun yang lalu di tanggal ini adalah hari paling melegakan setelah hampir 10 bulan berkutat dengan skripsi. Skripsi yang penuh petualangan itu akhirnya siap dijilid. Senang, bangga begitulah rasanya.

Sampai setelah setahun berlalu, di sinilah aku. Masih Unemployment aka pengangguran. Setahun terakhir ini adalah masa yang lebih sulit dari pada ujian nasional+sbmptn+ujian skripsi. Iya, kurang lebih seperti itulah.

Mempertahankan mood dan mental lebih sulit di fase ini, karena kita dituntut menjawab rentetan pertanyaan “Udah dapat panggilan? Udah melamar dimana?” dan sejenisnya. Pertanyaan yang lama-lama membosankan jawabanya. Sampai rasanya pengen jawab, “Udahlah tunggu aja syukurannya” atau “Adalah pokoknya” atau “Udah lah ga perlu tau”. Hehehe.

Itulah sisi gelapnya  Unemployment. Ok, cukup.

Seandainya diteruskan untuk mengeluh, akan ada sebukit keluhan yang ujung-ujungnya berakhir di penyesalan. Emosi yang negatif itu malah membuat diri sendiri kehabisan energi, hilang semangat dan mematikan kreatifitas. Di sinilah emosi positif yang harus kita ciptakan sendiri.

Suatu waktu pernah terpikir, ini ga adil, kenapa teman yang usahanya biasa aja waktu di sekolah, waktu kuliah tapi malah lebih duluan dapat kemudahan berupa pekerjaan. Tapi coba lihat disisi lain, kita ga pernah tau rahasia Tuhan. Mungkin dia yang belajarnya kurang malah ibadahnya yang lebih kuat. Rezeki tiap orang berbeda dan jalan sukses tiap orang juga beda.

Mari kita lihat sisi positifnya Unemployment aka pengangguran,
1.       24 jam x 7 hari waktu luang.
Dulu lebih 12 jam sehari aku habiskan buat kegiatan sekolah, bimbel, organisasi sampai mengerjakan PR. Rasanya waktu yang ada masih kurang buat istirahat.
 Sekarang? Aku punya  24 jam x 7 hari waktu luang yang bisa aku gunakan untuk menyalurkan hobi, meningkatkan ibadah, istirahat, jalan-jalan.
2.       Bebas mencoba kegiatan apa pun.
Kepadatan kegiatan kampus bikin aku hampir ga punya waktu untuk menyoba kegiatan lain. Sekarang? Aku punya kebebasan ngerjain apa aja.Belajar bahasa baru, belajar doodling, desain, bullet journaling, blogging. We can do what ever we want with out deadline or limit time! Just be Happy!
3.       Banyak waktu untuk dilewatkan bersama orang tua, karena kita ga akan tau sampai kapan bisa terus bersama mereka.
Setelah 3 tahun SMA di boarding school + 4,5 tahun kuliah di luar kota, Aku bersyukur banget setahun ini sama mamaku terus, sering ketemu keponakan yang makin hari makin ada ada aja kelakuannya. Apalagi dalam setahun terakhir ini 3 orang tersayang di keluarga besar mama dipanggil Yang Maha Kuasa dalam jarak waktu yang berdekatan. Berat kan jauh-jauh lagi dari orang tua apalagi mama.

See? Status Unemployment aka pengangguran bukan sebuah kondisi yang menjadikan kita seperti pengemis atau sarjana tidak berguna. Malahan ini waktunya kita belajar menjadi lebih positif dan bersyukur.  Unemployment aka pengangguran adalah kemerdekaan untuk menemukan hal yang baru. Nikmatnya lebih besar daripada meratapi omongan tetangga atau pertanyaan keluarga bahkan teman-teman lain.

Aku yakin “Bahagia itu dari diri sendiri”. Apapun yang kita lalui kita yang merasakan sendiri, jadi kita sendiri juga yang membuat ini musibah atau berkah. Semua tergantung dari sudut pandang dan sikap yang kita ambil. Jika kita memilih untuk bersyukur, inilah terbaik. Inilah saatnya untuk meningkatkan diri kita untuk jadi lebih baik, menemukan perkerjaan yang terbaik dan bahagia.