Saturday, April 30, 2011

Bagaimana mengukur rasa pedas pada cabai?

Cabai, hmm... banyak orang yang suka mengkonsumsinya sebagai tambahan penyedap atau bumbu pada masakan. Bisa dikonsumsi langsung dan juga diolah dengan berbagai variasi menjadi sambel. Bahkan ada teman-temanku yang tidak bisa makan tanpa sambel. Sedangkan aku nggak terlalu doyan makanan pedas. Unik ya... selera orang memang berbeda-beda. 

Did you know? Ilmuan memperkirakan ada 3.150 jenis cabai di bumi. Selama ini,banyak orang yakin bahwa bagian terpedas pada cabai terdapat pada bijinya. Hmm, tidak juga, faktanya bagian yang paling pedas adalah selaput di tengah-tengah tempat biji-biji cabai melekat. Selaput tersebut mengandung kadar capsaicin yang paling tinggi. Capsaicin adalah bagian yang tak berbau dan memberikan rasa pedas khusus pada cabai. Jadi, kalau kalian nggak mau masakannya terlalu pedas, sisihkan aja biji dan selaputnya. lumayankan, bijinya bisa di tanam. :D
Nah, emang rasa pedas bisa di ukur ya? Yup, ternyata bisa! Rasa pedas pada cabai diukur dengan skala Scoville  yang diciptakan oleh Wilbur L. Scoville pada tahun 1912.Beliau adalah seorang ahli farmasi Amerika, cara menguji tingkatan pedasnya adalah dengan melarutkan sejumlah ekstrak cabai dalam alkohol dan diencerkan dengan dalam air gula. Kemudian, para pengujinya akan mencicipinya hingga mereka berhenti karena kepedasan.
Kemudian, skala angka dibuat berdasarkan rasa pedas cabai-cabai yang diuji. Misalnya Merica jalapeno memiliki 4.500 Scoville Heat Unit (SHU) karena harus diencerkan hingga 4.500 kali agar rasa pedasnya hilang.
Cabai paling pedas di dunia berasal dari Dorset, di peisir barat daya Inggris. Setelah diuji, di dua laboratorium Amerika pada tahun 2005, hasilnya adalah 923.000 SHU. Separuh bijinya saja dapat membuat masakan anda tidak bisa dimakan. Wow, pedas banget ya! Mau nyoba?