Monday, April 21, 2014

Menyelami Hati


Dalamnya laut dapat diukur, tapi dalamnya hati seseorang siapa yang tau ??

Lain di mulut, lain di hati.... itulah kita, manusiawi.

Apa asiknya berbohong ?? Satu kebohongan akan terus diikuti dengan kebohongan selanjutnya. Mungkin tiap perbuatan selalu ada alasannya. Entah berbohong untuk menyelamatkan diri sendiri atau menyelamatkan orang lain, atau malah melukai orang lain. 

Jika memang benar bahwa diam adalah emas, mungkin ini jalan terbaik agar tidak berbohong. Mungkin diam juga bisa menyelamatkan salah satu dari kita agar tidak terluka dikemudian hari. Ooh, mungkin berbohong juga bisa untuk menghindari luka.

Pada kenyataannya, siapa yang mau terluka di hatinya ?? Faktanya, dengan semua rasa yang kita miliki, bagai roda yang berputar, sesaat kita bahagia kemudian tiba-tiba kita terpuruk dalam duka. Akhirnya kita berbohong lagi, berkata pada dunia kalau kita baik-baik saja.  

Walau ada sahabat yang selembut karamel dan semanis coklat, tetap saja mereka terbatas untuk menampung semua curahan hati. Tak selalu mereka siap mengerti atau menaggapi. Terkadang biarlah mereka menganalisis sendiri, menyelami kekalutan yang ada. Saat ini, seperti lirik ini,
Bosan, aku dengan penat dan enyah saja kau pekat.
Seperti berjelaga jika ku sendiri.
Selain kebohongan, ada lagi yang namanya keraguan. Ragu apakah seseorang itu berbohong atau tulus. Seperti tulisan teratas, lagi-lagi, Dalamnya laut dapat diukur, tapi dalamnya hati seseorang siapa yang tau ?? Mengukur kedalaman laut saja sudah mengerikan, semakin dalam akan semakin gelap. Bagaimana bisa kita mencoba mengukur kedalam hati seseorang yang dikatakan tidak ada seorang pun yang tau ?? Semakin dalam kita menyelam, semakin gelap dan berbahaya. Tersesat, tak ada jalan untuk kembali. Biar saja waktu yang membuktikan kebohongan dan ketulusan.